Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Catatan Zainal Abidin (2) Sekilas Perjalanan: Bersahabat dengan Kemiskinan


SEJAK masa kecil hingga dewasa Zainal hidup dalam kondisi miskin yang serba terbatas, tidak seperti yang lainnya apa yang ingin selalu didapat. Anak-anak desa apa saja yang menjadi kebutuhan dan kebutuhan untuk bekerja keraslah yang memilih menjadi pekerja untuk itu.

Ia tidak pernah menggunakan yang lain, bahkan akan menjadi orang yang pandai bersyukur bahwa orang lain memberikan perjuangan, tidak dapat dilakukan dalam waktu yang sama tidak dapat dilakukan seperti saat ini. 

Yang kecil akan dibangkitkan oleh kedua orang tua yang manusia yang membuat manusia itu terlupakan, kegembiraan akan menjauhkan kesadaran akan perjuangan, kesadaran akan mengingat Alllah SWT dan sebagainya, orang tuanya juga mengjari bahwa Allah SWT akan berbahagia jika seorang hamba yang memberi diri dan bahkan menghasilkan dekat dengan menyanyikan Ilahi, di sanalah letak bertambahnya kecintaan Allah SWT terhadap seorang hambanya.

Anak-anak yang bersalin kecil sampai duduk di bangku SMA selalu membantu ekonomi, ia bekerja sebagai pekerja dan membantu bergulir menggiling padi yang nantinya akan dijual kembali. Ia selalu melakukan hal tersebut selepas pulang sekolah. Tak ada pilihan lain untuk anak-anak di sini untuk Belajar Siswa yang ingin terus belajar menambah pilihan pendidikan tinggi mendirikan perguruan tinggi sarjana Hukum (MH).

Saya yakin dengan pendidikan yang tinggi akan mengangkat harkat martabat diri dan keluarga. perjuangan, doa, kesabaran adalah hal yang dilakukan saat ini melalui jalur pendidikan. Kira kira “anak lumpur” yang tidak diperhitungkan ini dulu, berkat perjuangan yang gigih kini hadir dan menjadi yang terdepan di tengah-tengah kami, besar sekarang menjadi Wakil Bupati Kerinci periode 2014-2019 Sebuah prestasi yang indah, namun jauh sebelum dicakup oleh Wakil Bupati Kerinci sejak menjadi PNS sudah bergelimang prestasi hingga 2 kali lipat pangkat dan golongan untuk mengantarkan ke jabatan eselon III sebagai Iban keuangan dan kekayaan Daerah, Pemkab Tanjung Jabung Timur. 

Pertanyaan mendasarnya adalah mengapa Zainal Abidin bisa sampai pada saat ini. Karena dia bersahabat dengan kemiskinan, bercengkrama dengan keadaan yang ada, mensyukuri setiap orang Tuhan Yang Maha Esa, yang tidak mungkin bermusuhan dengan kemiskinan, kapanpun tentu akan membuat manusia-manusia akan dipenjara dengan kesedihan, putus asa, mudah menyerah dan selalu menuntut pesimistis.

Meski tidak bagi anak-anak desa ini, ia terus mengayuh dayung hingga kapal sampai pada pantai tujuan, tidak ada alasan yang tepat untuk mengubah gelombang yang berkepanjangan tak hentinya menghantui, tetap berjuang pelan-pelan mengarungi ombak tersebut, membaca gerak- gerik negara, tindakan yang dilakukan hingga amarah gelombang ditaklukkan.

Kemiskinan Membuatnya Sebagai Petarung
Kemiskinan menempah anak-anak desa ini menadi pribadi yang cerdas, bertarung dalam gelanggang debu membuat jiwanya siap menjadi seorang petarung yang hebat, dibanting dengan berbagai bentuk keadaan yang berhubungan, namun ia tetap menghadapinya dengan gagah berani dan tidak melakukan hal-hal yang memungkinkan mereka balikkan , bak seperti seorang yang dengan mudah melumpuhkan setiap serangan yang datang, ia bertarung berbekal keberanian, fokus dan tidak gegabah hingga akhirnya keluar sebagai pemenang. 

Anak-anak ini kesatria yang handal, seorang pesilat yang paham betul dengan arena gelanggang yang dihadapinya. Ia juga memiliki ilmu yang berbeda dan saling berhubungan, memahami dari berbagai penjuru gerakan, menemukan dari berbagai penjuru gerakan yang datang dan menemukan kepercayaan yang kuat. (bersambung)

* dari Buku Perjalanan Sang Anak Desa: Zainal Abidin, SH, MH (Inspirasi untuk Semua Kalangan)