Kepemimpinan Kepala Sekolah dalam Manajemen Sekolah Efektif
Oleh Dr. Saaduddin, M.PdI (Dosen Tarbiyah dan Ilmu Keguruan, Institut Agama Islam Negeri Kerinci)
Management is efficiency in climbing the ladder of success; leadership determines whether the ladder is leaning against the right wall (Stephen Covey).
Pendidikan di Indonesia sekarang mengalami tantangan persaingan yang ketat, terutama dalam menghadapi perkembangan dunia di era globalisasi ini. Salah satu tantangan terbesar dan merupakan ciri dari era globalisasi adalah kompetisi.
Syarat utama untuk memenangkan kompetisi adalah keunggulan. Di sinilah letak tantangan bagi dunia pendidikan di Indonesia untuk dapat terus meningkatkan kualitas dan menghasilkan produk yang berdaya saing tinggi namun tetap memiliki karakter.
Dikutip dari laman Litbang Kementerian Dalam Negeri, Human Capital Sumber Daya Manusia (SDM) Indonesia masih tertinggal dari negara-negara tetangga seperti Malaysia hingga Vietnam.
Dalam catatan, Global Human Capital Index 2017, posisi Indonesia berada di bawah Vietnam pada peringkat 64 dari 130 negara dan Indonesia berada di posisi ke-65. Malaysia jauh mengungguli Indonesia yakni di posisi ke-33 dan Singapura di posisi ke-11. Indonesia masih tertinggal dari Filipina yang berada di peringkat 50, Brunei peringkat 56, dan Thailand peringkat 40. Indonesia hanya mengungguli Laos di posisi ke-84, Myanmar di posisi ke-89, dan Kamboja di level 92.
Masih rendahnya kualitas SDM Indonesia ditunjukkan pula dengan rendahnya kualitas pendidikan sebagai sektor yang paling bertanggung jawab terhadap kualitas SDM. Hasil survei yang dirilis oleh Programme for International Student Assesment (PISA) pada 3 Desember 2019 menempatkan Indonesia di peringkat 72 dari 77 negara yang disurvei. Data PISA ini juga memperlihatkan bahwa kualitas pendidikan kita masih jauh di bawah negara-negara tetangga seperti Malaysia dan Brunei Darussalam. Survei PISA merupakan rujukan dalam menilai kualitas pendidikan di dunia, yang menilai kemampuan membaca, sains, dan matematika.
Melansir CNN Indonesia, Kamis (07/06/2018) Kepala Perwakilan Bank Dunia untuk Indonesia Rodrigo Chaves menyebut bahwa kualitas pendidikan Indonesia masih rendah meskipun perluasan akses pendidikan masyarakat cukup signifikan. Menanggapi pernyataan perwakilan Bank Dunia, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan memang kualitas pendidikan masih menjadi tantangan bagi pemerintah.
Menurut menteri keuangan alokasi dana pendidikan sudah cukup besar namun permasalahan pendidikan tidak hanya dapat diselesaikan dari sisi anggaran saja, yang menjadi persoalan adalah masalah manajemen dan efektivitas belajar anak di sekolah.
Berdasarkan kenyataan-kenyataan tersebut di atas, tentu saja perlu dilakukan upaya-upaya perbaikan, salah satunya adalah melakukan reorientasi penyelenggaraan pendidikan, yaitu dari manajemen berbasis pusat menuju Manajemen Berbasis Sekolah (MBS).
Secara umum, manajemen berbasis sekolah merupakan model pengelolaan yang memberikan otonomi (kewenangan dan tanggungjawab) lebih besar kepada sekolah dan mendorong partisipasi secara langsung warga sekolah (guru, siswa, kepala sekolah, karyawan) dan masyarakat (orang tua, tokoh masyarakat, ilmuan, pengusaha, dsb), untuk meningkatkan mutu sekolah berdasarkan kebijakan pendidikan nasional serta peraturan perundang-undangan.
Jika manajemen berbasis sekolah merupakan wadah/kerangkanya, maka sekolah efektif merupakan isinya. Oleh karena itu, karakteristik manajemen berbasis sekolah memuat secara inklusif elemen-elemen sekolah efektif yang dikategorikan menjadi input, proses, dan output. Dengan otonomi tersebut, sekolah diberikan kewenangan dan tanggung jawab untuk mengambil keputusan-keputusan sesuai dengan kebutuhan, kemampuan, dan tuntutan sekolah serta masyarakat atau stakeholder yang ada.
Dalam manajemen sekolah efektif warga sekolah beserta fungsi dari masing-masingnya sangat berperan penting.
Fungsi dari warga sekolah tersebut yakni: (1) kepala sekolah sebagai pengambil kebijakan dan tindakan dalam jangka panjang , (2) guru sebagai pendidik yang berupaya meningkatkan kualitas pembelajaran dan (3) peserta didik sebagai individu yang dididik. Terkait dengan fungsi tersebut kualitas kepala sekolah dapat dilihat dari kepemimpinannya dalam mengelola sekolah yang baik, sedangkan kualitas guru dapat dilihat dari profesionalitasnya dalam mengimplementasikan pembelajaran yang kreatif dan inovatif serta kualitas peserta didik dapat dilihat dari hasil belajarnya yang diperolehnya baik itu berupa nilai akhir bahkan perubahan tingkah laku. Pada hakikatnya ketercapaian kualitas kepemimpinan kepala sekolah dan profesionalitas guru dapat dilihat dari hasil belajar yang diperoleh perserta didik.
Namun pada kenyataannya, keinginan pemerintah untuk mewujudkan sekolah/madrasah yang bermutu belum dapat terpenuhi dengan baik. Hal ini dikarenakan kepemimpinan kepala sekolah mengalami banyak hambatan dalam mencapai kualitas keprofesionalan kepemimpinannya ditandai dengan adanya pengangkatan kepala sekolah atau organisasi sekolah secara tidak transparan, kurangnya motivasi, dan tidak semangat.
Selanjutnya, kurangnya disiplin kepala sekolah dalam mengemban tugas dikarenakan mental yang dimiliki oleh kepala sekolah tersebut rendah, mempunyai wawasan yang sempit, tidak tepat waktu, tidak mampu bersosialisasi dengan baik sehingga makna kepemimpinan sebagai orang yang dapat mempengaruhi tidak terpenuhi serta tidak mempunyai kemampuan manajerial yang baik yang nantinya akan menyebabkan rendahnya produktivitas kerja kepala sekolah yang berdampak pada mutu pendidikan sekolah.
Di Indonesia sendiri terlihat jelas bahwa rendahnya mutu/kualitas pendidikan disebabkan oleh peran dan kepemimpinan kepala sekolah sebagai top leader.
Jika dilihat dari besarnya pengaruh kepemimpinan kepala sekolah serta pentingnya kemimpinan tersebut dalam meningkatkan kinerja guru dan seluruh warga sekolah, maka usaha yang maksimal diperlukan dalam proses panjang yang telah direncanakan atau diprogram dengan baik. Namun kenyataan yang ada tidak sedikit kepala sekolah yang hanya berperan sebagai pimpinan formalitas dalam sebuah sistem atau hanya sekedar sebagai pemegang jabatan struktural sambil menunggu masa purna tugas.
Manajemen merupakan kegiatan mengendalikan, mengurus, memerintah, mengatur, melaksanakan dan mengelola suatu sumber daya untuk mencapai tujuan. Dengan demikian, diperlukan seorang manejer yang memiliki kemampuan-kemampuan itu agar manajemen menjadi efektif dan dapat mencapai tujuan. Kepala sekolah selaku top manajer pendidikan di sekolah dituntut untuk menguasai kemampuan-kemampuan manajerial agar manajemen sekolah dapat berjalan dengan baik.
Salah satu kemampuan manejerial yang penting adalah kepemimpinan. Kepemimpinan kepala sekolah merupakan bagian penting dalam manajemen sekolah. Kepemimpinan kepala sekolah dapat dijelaskan dengan konsep kepemimpinan dalam manajemen. Kepemimpinan merupakan inti dari manajemen oleh karena itu agar dapat menjadi manajer yang sukses harus memilki kepemimpinan yang baik.
Mengemukakan bahwa manajemen berbasis sekolah memberikan keleluasaan yang penuh bagi sekolah untuk mengelola semua potensi yang ada di sekolah. Dengan demikian kepemimpinan kepala sekolah menjadi sangat penting. Kepemimpinan kepala sekolah yang baik akan berdampak pada tercapainya tujuan sekolah dan menjadikan manajemen sekolah efektif.
Penulis melaksanakan penelitian disertasi untuk melihat bagaimana pengaruh kepemimpinan kepala sekolah terhadap manajemen sekolah efektif. Penelitian ini dilakukan di 11 Madrasah Aliyah yang ada di Kabupaten Kerinci Provinsi Jambi. Angket disebarkan kepada 74 orang guru yang menjadi sampel dari semua madrasah yang diteliti.
Hasil penelitian untuk seluruh indikator kepemimpinan kepala sekolah mencapai Tingkat Capaian Responden (TCR) adalah sebesar 80,32%. Nilai ini bila dikonfirmasikan dengan kategori tingkat capaian responden menunjukkan kepemimpinan kepala sekolah berada pada kategori tinggi.
Hasil Penelitian juga memperlihatkan bahwa indikator yang mendapatkan TCR tertinggi adalah indikator pertama yaitu karakteristik kepribadian kepala sekolah dengan capaian sebesar 81,03% atau berada pada kategori tinggi. Sub indikator pertama dari indikator ini memperoleh TCR sebesar 81,08% dengan kategori tinggi. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa responden menilai kematangan spiritual sosial dan fisik kepala sekolah sudah tinggi. Selanjutnya untuk sub indikator kedua diperoleh TCR sebesar 80,72% atau berada pada kategori tinggi. Hal ini berarti keteladanan kepala sekolah sudah tinggi. Indikator ketiga memperoleh nilai TCR sebesar 80, 95%. Hal ini berarti responden menilai kejujuran kepala sekolah sudah tinggi. Pada sub indikator ke-4 diperoleh TCR sebesar 80,27%.
Dengan demikian diketahui bahwa responden menilai karakter tanggung jawab kepala sekolah masih berada pada kategori tinggi. Selanjutnya responden menilai bahwa tingkat kedisiplinan kepala sekolah tergolong tinggi. Hal ini terlihat pada nilai TCR untuk sub indikator ke-5 mencapai 80,81% atau dalam kategori tinggi. Sub indikator terakhir dari indikator karakteristik kepribadian kepala sekolah adalah motivasi untuk memimpin. Sub indikator terakhir ini mencapai nilai TCR adalah 82,84% dengan kategori tinggi.
Indikator kedua dari kepemimpinan kepala sekolah dalam penelitian ini adalah kemampuan dalam memimpin. Secara total responden menilai bahwa kemampuan memimpin kepala sekolah masih berada pada level sedang. Penilaian ini terlihat dari pencapaian nilai TCR sebesar 79,36% atau pada kategori sedang. Sub indikator pertama pada indikator kemampuan dalam memimpin mencapai nilai TCR sebesar 77,84%. Berdasarkan nilai ini dapat dikatakan bahwa kemampuan memecahkan masalah kepala sekolah masih berada pada kategori sedang. Selanjutnya, sub indikator kedua memperoleh nilai BCR sebesar 81,04% atau pada kategori tinggi.
Indikator kedua dari kepemimpinan kepala sekolah dalam penelitian ini adalah kemampuan dalam memimpin. Secara total responden menilai bahwa kemampuan memimpin kepala sekolah masih berada pada level sedang. Penilaian ini terlihat dari pencapaian nilai TCR sebesar 79,36% atau pada kategori sedang. Sub indikator pertama pada indikator kemampuan dalam memimpin mencapai nilai TCR sebesar 77,84%. Berdasarkan nilai ini dapat dikatakan bahwa kemampuan memecahkan masalah kepala sekolah masih berada pada kategori sedang. Selanjutnya, sub indikator kedua memperoleh nilai BCR sebesar 81,04% atau pada kategori tinggi.
Dengan demikian menurut responden kemampuan berkomunikasi kepala sekolah masih pada tingkat sedang. Sub indikator ketiga menunjukkan nilai TCR sebesar 82,57% atau berada pada kategori tinggi. Berdasarkan nilai ini berarti responden menilai bahwa kepala sekolah memiliki kemampuan human relation yang tinggi. Sub indikator terakhir dari kemampuan memimpin adalah kemampuan mengambil keputusan dengan cepat.
Responden menilai kemampuan mengambil keputusan dengan cepat dari kepala sekolah masih berada pada level sedang. Hal ini ditunjukkan dengan nilai TCR sebesar 77,23% atau Pada kategori sedang.
Sub indikator memecahkan masalah yang masih berada pada kategori sedang menunjukkan bahwa dalam penilaian guru kepala sekolah belum memperlihatkan kemampuan pemecahan masalah yang tinggi. Hal ini dapat memperngaruhi kontribusi kepemimpinan kepala sekolah terhadap manajemen sekolah efektif.
Karena tanggung jawab seorang pemimpin itu menjalankan organisasi yang ia pimpin. Kepala sekolah dengan kepemimpinannya diharapkan mampu mengembangkan dan mengubah manajemen sekolah. Seorang kepala sekolah sebagai pemimpin pendidikan menghadapi tanggung jawab yang berat, untuk itu harus memiliki persiapan memadai, baik mental maupun psikologis dalam mengemban tugasnya, terutama dalam menghadapi segala permasalahan dan tantangan yang dihadapi untuk menciptakan dan memberikan kenyamanan bagi guru dan siswa di sekolah. Kemampuan memecahkan masalah merupakan bukti kepemimpinan pendidikan sebagai layanan publik yang terwujud dalam sistem manajemen pendidikan yang berkualitas.
Manajemen terhadap keberagaman kemampuan adalah memandang anggota organisasi termasuk disi sendiri sebagai tim untuk memecahkan masalah yang memiliki kemampuan dan pendekatan yang berbeda-beda. Di sinilah bagaimana seorang kepala sekolah dapat mengenali dan mengikutsertakan elemen dari sekolah untuk ikut berperan aktif memecahkan masalah sesuai dengan kapasitasnya masing-masing.
Responden menilai kemampuan mengambil keputusan dengan cepat dari kepala sekolah masih berada pada level sedang. Hal ini ditunjukkan dengan nilai TCR sebesar 77,23% atau Pada kategori sedang.
Sub indikator memecahkan masalah yang masih berada pada kategori sedang menunjukkan bahwa dalam penilaian guru kepala sekolah belum memperlihatkan kemampuan pemecahan masalah yang tinggi. Hal ini dapat memperngaruhi kontribusi kepemimpinan kepala sekolah terhadap manajemen sekolah efektif.
Karena tanggung jawab seorang pemimpin itu menjalankan organisasi yang ia pimpin. Kepala sekolah dengan kepemimpinannya diharapkan mampu mengembangkan dan mengubah manajemen sekolah. Seorang kepala sekolah sebagai pemimpin pendidikan menghadapi tanggung jawab yang berat, untuk itu harus memiliki persiapan memadai, baik mental maupun psikologis dalam mengemban tugasnya, terutama dalam menghadapi segala permasalahan dan tantangan yang dihadapi untuk menciptakan dan memberikan kenyamanan bagi guru dan siswa di sekolah. Kemampuan memecahkan masalah merupakan bukti kepemimpinan pendidikan sebagai layanan publik yang terwujud dalam sistem manajemen pendidikan yang berkualitas.
Manajemen terhadap keberagaman kemampuan adalah memandang anggota organisasi termasuk disi sendiri sebagai tim untuk memecahkan masalah yang memiliki kemampuan dan pendekatan yang berbeda-beda. Di sinilah bagaimana seorang kepala sekolah dapat mengenali dan mengikutsertakan elemen dari sekolah untuk ikut berperan aktif memecahkan masalah sesuai dengan kapasitasnya masing-masing.
Manajemen perubahan melibatkan kegiatan penyesuaian secara struktural dan fungsional dalam suatu organisasi. Dalam menyelesaikan masalah, seorang kepala sekolah dituntut untuk melakukan pengaturan secara structural dan fungsional bila masalah terkait dengan perubahan tersebut. Hal ini dilakukan agar masalah yang sama tidak terjadi lagi. Di sinilah, bagaimana kepala sekolah harus bersikap tegas dan bijak.
Sejalan dengan sub indikator memecahkan masalah, kemampuan mengambil keputusan dengan cepat yang belum tinggi juga mempengaruhi kontribusi kinerja kepala sekolah terhadap manajemen sekolah efektif. Dalam menjalankan kegiatan-kegiatan di sekolah tidak akan mungkin terlepas dari munculnya masalah baik internal maupun eksternal yang menuntut suatu kebijakan kepala sekolah untuk dapat dipedomani oleh warga sekolah. Hal ini menuntut ketegasan dan kemampuan seorang kepala sekolah untuk memberikan keputusan secara cepat dan tepat. Pemimpin idealnya mempunyai kemampuan untuk mempengaruhi dan memberi petunjuk. Kepala sekolah berperan untuk memfasilitasi agar kegiatan pembelajaran dapat berlangsung secara optimal.
Peran memfasilitasi termasuklah di dalamnya bagaimana mengambil keputusan yang cepat dan tepat terhadap permasalahan yang muncul yang kemungkinan menghambat kegiatan-kegiatan di sekolah.
Selanjutnya untuk manajemen sekolah efektif, hasil penelitian memperlihatkan secara total responden menilai manajemen sekolah efektif di masing-masing madrasah telah berada pada kategori tinggi. Hal ini ditunjukkan dengan pencapaian nilai TCR sebesar 82, 86%. Nilai TCR ini tergolong pada kategori tinggi. Secara kuhusus, hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberdayaan siswa merupakan indikator yang menyumbang nilai TCR tertinggi.
Uji hipotesis tentang pengaruh kepemimpinan kepala sekolah terhadap manajemen sekolah efektif dilakukan dengan analisis regresi. Hasil analisis regresi menghasilkan nilai signifikansi sebesar 0,04 lebih kecil dari 0,05 (nilai signifikansi yang ditetapkan). Berdasarkan ini, dapat disimpulkan bahwa secara langsung terdapat pengaruh variabel kepemimpinan kepala sekolah terhadap manajemen sekolah efektif.
Analisis regresi juga meberikan nilai koefisien beta β adalah 0,43. Koefisien ini menujukkan bahwa perubahan variabel manajemen sekolah efektif dipengaruhi 0,43 kali perubahan variable kepemimpinan kepala sekolah saat dilakukan pengendalian pengaruh terhadap variabel-variabel lainnya. Koefisien beta untuk variabel kepemimpinan kepala sekolah terhadap manajemen sekolah efektif bernilai positif. Hal ini berarti kinerja kepala sekolah terbukti memberikan kontribusi yang positif terhadap manajemen sekolah efektif.
Berdasarkan uraian di atas,kepala sekolah perlu menerapkan gaya kepemimpinan yang melayani yang diantaranya mengakui dan menerima keberadaan guru dengan empati, mau mendengarkan saran dan terus berusaha menumbuhkan pribadi, profesional dan spiritual guru. Kepala sekolah harus fokus pada membangun manajemen sekolah efektif dan bukan melulu tertuju pada peningkatan hasil belajar. Upaya penigkatan hasil belajar akan lebih efektif bila dilakukan melalui manajemen sekolah efektif. (*)
Artikel ditulis berdasarkan hasil penelitian Disertasi Doktor pada Program Pascasarjana Universitas Negeri Padang dengan Ketua Promotor: Prof. Dr. Phill. Yanwar Kiram, co-Promotor: Prof. Nurhizrah Gistituati, M.Ed., Ed. D., dan Prof. Drs. Jalius Jama, M.Ed, Ph.D.; dengan para Penguji Internal: Prof. Dr. Rusdinal, M.Pd., dan Dr. Hadiyanto, M.Ed ., serta Penguji Eksternal dari Universitas Negeri Jakarta: Prof. Dr. Rugaiyah Yazid, M.Pd.