Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Opini Musri Nauli: Kesaktian Kitab Tanjung Tanah (1)

Musri Nauli

Kerinci adalah daerah yang penting di Indonesia, tetapi jarang diminati oleh para pakar (Barbara Watson Andaya) 

Membicarakan Uli Kozok tidak dapat dilepaskan dari Bukunya KITAB UNDANG-UNDANG TANJUNG TANAH NASKAH MELAYU YANG TERTUA (Kitab Tanjung Tanah). Kitab menggunakan aksara incung kemudian membongkar sejarah aksara, sejarah Kerinci, Jambi dan Minangkabau. 

Buku “KITAB UNDANG-UNDANG TANJUNG TANAH” kemudian berhasil membongkar sejarah Melayu. Sekaligus sebagai puzzle yang menghubungkan antara sejarah Budha dan kedatangan Islam di Kerinci dan Jambi. Kitab ini mampu menjelaskan dengan Jernih puzzle sehingga terhubung antara satu sejarah dengan sejarah lainnya. Atau antara satu peradaban satu dengan yang lainnya. 

Namun sebelum menceritakan tentang Kitab Tanjung Tanah, cara pandang Uli Kozok memandang Kerinci tidak dapat dilepaskan dari kekaguman. 

Didalam Kitab Tanjung Tanah dijelaskan proses penelitian, bertemunya Kitab Tanjung Tanah yang ternyata dirawat oleh keluarga besar di Kerinci. 

Menurut Uli Kozok, Penduduk asli Sumatra ini juga pasti tidak berbahasa Austronesia, sedangkan semua bahasa yang terdapat di Sumatra pada saat ini termasuk dalam rumpun bahasa Austronesia.

Pola permukiman prakolonial di Sumatra menunjukkan adanya penduduk yang relatif padat di sepanjang Bukit Barisan yang didiami oleh suku Gayo, Alas, Batak, Minangkabau, Kerinci, Rejang, Pasemah, dan Lampung sementara di daerah pesisir penduduknya relatif jarang. 

Di lembah Kerinci terdapat beberapa situs dengan peninggalan dari zaman batu muda (Neolitik) yang membuktikan bahwa daerah ini sudah lama dihuni manusia.

Guci kuno dan gendang yang terbuat dari perunggu yang ditemukan di dua tempat di sebelah selatan danau Kerinci menunjukkan bahwa Kerinci dihuni secara berkesinambungan dari zaman batu sampai sekarang. Gendang yang sama jenisnya juga ditemukan di Pasemah, sebuah lembah yang letaknya sekitar 200 kilometer arah selatan Kerinci. Gendang yang serupa juga digambarkan pada salah satu megalit di Pasemah. 

Di Batu Gajah ini kelihatan seorang laskar bersenjata yang memegang gendang perunggu. 

Kebudayaan megalit Pasemah kemungkinan berasal dari zaman yang sama ketika gendang jenis Heger dibuat di Vietnam antara 300 SM dan 200 M. 

Teori ini bertolak belakang dengan teori yang menempatkan pulau Borneo (Kalimantan) sebagai tempat asal bahasa Melayu sebagaimana sering disampaikan para Ahli bahasa.

Mereka mengganggap Bahasa Melayu di Sumatera relatif muda. Dan merupakan keturunan dari masyarakat Melayu di Borneo yang merantau ke Sumatera sekitar 2000 tahun. 

Namun teori ini semata-mata berdasarkan ilmu bahasa. 

Padahal berbagai Ahli sudah menjelaskan dari segi linguistik tanah asal Melayu boleh saja terletak di Borneo atau di Sumatra. Namun melihat keragaman maka dialek Melayu yang ada di Sumatera bagian selatan justru membuktikan. Dialek Melayu Riau, Minangkabau, Kerinci, Basemah dan Orang akit adalah Tanah asal orang Melayu. 

Advokat Tinggal di Jambi