Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

5 Puisi Romantis Karya Penyair Arab

 

Ilustrasi
Kerinciexpose.com - Kalimat indah puisi akan membuat kita semua terkesima, karena puisi menjadi karya sastra yang ditulis untuk mengungkapkan segala ekspresi sang pencipta karya sejak berabad-abad dahulu. Selain sebagai karya sastra, puisi juga kerap digunakan untuk merayu sang pujaan hati.

Pada dunia Arab, puisi selalu menjadi jantung budaya dan kesusastraan. Atau paling tidak, puisi adalah sebagai sarana bagi penutur paling awal untuk menyuarakan keyakinan dan kebijaksanaan, narasi lisan, dan filosofi mereka.

Selama berabad-abad, puisi klasik Arab didominasi oleh ode yang berisi pujaan terhadap seseorang atau sesuatu hal. Pada tahun 1940-an, penyair Irak seperti Nazik al-Malaika, mulai mengadaptasi pendekatan modern yang memadukan struktur klasik dengan pengaruh Barat termasuk dari T.S. Eliot.

Penyair Arab menulis dalam berbagai bentuk dan gaya, termasuk syair klasik, syair modern, dan prosa bebas. Terlebih lagi, platform digital telah membantu penyebaran segala jenis karya sastra termasuk puisi itu sendiri. Nah, berikut ini lima puisi karya sastrawan Arab yang tak kalah romantis dengan puisi Barat.

Imru Al-Qais (501-565)

Pewaris takhta suku Kindah, yang berbasis di jazirah Arab, al-Qais memilih hidup berkelana dan berpuisi. Karya besarnya adalah "Mu'allaqa", sebuah syair yang sangat dipuja sehingga ditulis dengan emas di atas lembaran kertas. Puisi ini kemudian digantung di dinding Ka'bah.

Al-Qais memiliki ciri khas tersendiri dari penyair lainnya. Dia unggul karena metafora menakjubkan dan syair indah, yang menggemakan keinginannya untuk menjadi kekasih yang layak, orang bijak, pejuang dan tuan. 

Potongan puisi dari karyanya berjudul "Semoga Anda Bahagia Pagi Ini, Jejak Usang!" berkisah tentang seorang wanita yang ia kagumi.

"Berapa hari, satu malam aku akan menghabiskan

dengan seorang wanita, tegas seperti patung yang digariskan,

wajahnya bersinar saat dia menoleh ke pasangannya

seperti cahaya lilin yang bersinar lembut...."

Al-Khansa (575-645)

Tamadir binti Amr, lebih dikenal sebagai al-Khansa, adalah salah satu penyair wanita terkenal di dunia Arab. Dia masuk Islam selama masa hidup Nabi Muhammad SAW. Karya besarnya berkisah tentang pujiannya kepada saudara laki-lakinya bernama Sakhr, seorang kepala suku yang terluka parah dan kemudian meninggal setelah sebuah serangan.

Syair karya Al-Khansa penuh dengan metafora indah tentang kehilangan, kehidupan, cinta, dan kepergian. Namun, dia enggan menulis tentang kematian anaknya dalam pertempuran Muslim melawan Romawi dan Persia. Dia menegaskan bahwa Islam telah mengajarkan untuk tidak terlalu meratapi orang yang telah meninggal dunia.

Potongan syair berjudul "Elegy untuk Sakhr" oleh Al-Khansa berkisah tentang saudara laki-lakinya. 

"Jadilah dermawan, mataku, dengan banyak air mata yang menetes

dan menangislah aliran air mata untuk Sakhr!

Aku tidak bisa tidur dan terjaga sepanjang malam;

seolah-olah mataku diolesi oleh pasir.

Aku mengamati bintang-bintang, meskipun itu bukan tugasku untuk melakukannya...."

Jalal ad-Din Muhammad Rum (1207-1273)

Jalal ad-Din Muhammad Rumi atau lebih dikenal dengan Rumi adalah seorang penyair Muslim Persia abad ke-13. Karyanya masih digemari di dunia modern saat ini, tak terkecuali di Amerika Serikat. Rumi berusaha menyampaikan pesan universalnya, bahwa kita diciptakan oleh Tuhan terlepas dari segala perbedaan. 

Menurut Rumi, kecantikan dari dalam adalah kunci untuk melihat keindahan dunia. Baginya, keindahan yang kita lihat di dunia adalah cerminan dari jiwa kita. Siapa pun yang memiliki kedamaian di dalam dirinya, akan melihat keindahan di setiap sudut di bumi, dan siapa pun yang menyimpan keganasan dan dendam di dalam dirinya, tidak akan melihat apa pun selain kejahatan di setiap tempat yang dia lihat.

Berikut ini syair pendek berjudul "Jika Tanpa Engkau" yang ditulis oleh Rumi:

"Hidup tanpa engkau adalah sebuah pelanggaran.

Tanpa engkau, kehidupan macam apa kujalani?

Wahai cahaya hidupku, setiap kehidupan yang berlalu.

Tanpa engkau, berarti kematian; Itulah makna hidup bagiku."

Kahlil Gibran (1883-1931)

Kahlil Gibran adalah salah satu dari penyair abad ke-20. Dia lahir di Lebanon dan menagakhiri hidupnya di Kota New York, Amerika Serikat. Karya Kahlil yang ditulis dalam bahasa Arab dan Inggris, penuh dengan curahan lirik dan mengungkapkan sifatnya yang sangat religius dan mistis.

The Prophet (1923) adalah salah satu karya terbesar Gibran berisi 26 fabel puisi prosa yang ditulis dalam bahasa Inggris. Karya tersebut telah diterjemahkan ke dalam lebih dari 100 bahasa yang berbeda, menjadikannya salah satu buku yang paling banyak diterjemahkan dalam sejarah dan tidak pernah habis dicetak.

Berikut ini potongan syair karya Kahlil Gibran yang berjudul "Beauty" atau "Kecantikan" dalam Bahasa Indonesia.

"....Dan kecantikan bukanlah kebutuhan tapi ekstasi.

Kecantikan bukan mulut yang haus atau tangan kosong yang terulur,

Melainkan hati yang menyala-nyala dan jiwa yang terpesona.

Kecantikan bukan gambar yang akan Anda lihat atau lagu yang akan Anda dengar,

Melainkan gambaran yang Anda lihat meskipun Anda menutup mata dan lagu yang Anda dengar meskipun Anda menutup telinga...."

Nizar Qabbani (1923-1998)

Penyair besar Nizar Qabbani juga tak kalah membuat orang jatuh cinta dengan kekuatan kata-katanya. Nizar lahir di Damaskus, Suriah, merupakan diplomat dan salah satu penyair berbahasa Arab paling populer di abad ke-20. 

Wissal Qabbani, kakak perempuannya, bunuh diri karena tidak bisa menikah dengan pria yang dicintainya. Inilah yang menginspirasi Nizar untuk menulis banyak puisi cinta dan romansa. Tak hanya itu, gaya puitisnya memadukan kesederhanaan dan keanggunan dalam mengeksplorasi tema cinta, erotisme, feminisme, agama, dan nasionalisme Arab.

Berikut ini potongan puisi karya Nizar Qabbani yang berjudul "Hendak Kukatakan Kepadamu: Aku Mencintaimu"

".....Hendak kukatakan kepadamu: aku mencintaimu

kala kurasa sajak-sajakku telah berhak atasmu

kala jarak melipat dirinya antara kedua matamu dan buku-bukuku

kala udara yang kau embuskan menerobos paru-paruku

dan tangan yang kau letakkan di atas sofa mobil itu

adalah tanganku...."

Sumber: Kumparan.com