Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Adab

 

Musri Nauli 

Banyak yang membisiki kepada saya. “Kalo bisa, pak Gub jangan berlebihan untuk menghormati orang tua. 

Kalo dulu pas kampanye, bolehlah”, pesan dari temanku. 

Akupun terdiam. Sembari masih menyimpan tanya untuk menjawabnya.

Yap. Memang sikap dan attitude Al Haris sebagai Gubernur Jambi memang tidak berubah. Sama sekali tidak berubah. 

Didalam acara ulang Tahun Kabupaten Sarolangun, Al haris yang sudah menjadi Gubernur Jambi Tetap merendahkan diri. Membungkuk. Menghormati Cek Endra yang menjadi tuan rumah Kabupaten Sarolangun. 

Photo-photonya bersilewaran diberbagai media massa. Sembari Tetap membungkuk, al haris menyampaikan salam. 

Memahami Al Haris sebagai Gubernur Jambi memang tidak Mudah. Jabatan yang mentereng tentu saja akan menarik perhatian dari masyarakat Jambi. 

Namun yang sering dilupakan. Al Haris tetaplah anak Dusun. Seorang Pemuda yang jauh dari pusat Kota Jambi. 

Sebagai orang Dusun, tentu saja Al Haris Memang menempatkan diri sebagai orang yang tahu diri. Bisa menempatkan orang yang dihormati. Orang tua ataupun orang-orang yang memang pantas dihormati. 

Tidak dapat dipungkiri. Perjalanan birokrasi menempatkan Al Haris bertemu dengan Cek Endra. Waktu itu Cek Endra sebagai Wakil Bupati Sarolangun dan kemudian menjadi Bupati Sarolangun. 

Sebagai “bawahan” langsung sekaligus anak muda di Pemerintahan Cek Endra, perjalanan birokrasi menempatkan Al Haris memperlakukan Cek Endra sebagai orang tua. Sekaligus atasan langsung. 

Hubungan birokrasi ini tentu tidak mudah dihilangkan walaupun Al Haris kemudian menjadi Gubernur Jambi. 

Cara, sikap bahkan refleksi dari Al Haris tentu saja bukanlah sekedar sikap basa-basi. 

Bukan dengan Cek Endra saja. Kepada siapapun yang dikenal sebagai orang tua atau orang yang kemudian memang pantas dihormati, sikap Al haris sama sekali tidak berubah. 

Tidak ada satupun jabatan yang menjadi penghalang untuk bersikap adab. 

Tentu saja banyak yang belum bisa menerima sikap dan cara yang masih diperlihatkan oleh Al Haris. Apabila tidak disebutkan cara “kikuk” Al Haris yang masih menunjukkan cara hormat. 

Namun apabila kita pahami dari cara Pandang Al Haris yang bisa menempatkan diri, maka cara dan sikap yang Tetap ditunjukkkan bukanlah sikap yang bisa berubah. 

Sikap dan cara yang masih ditunjukkkan kemudian mengajarkan kepada kita semua. 

Jabatan atau apapun penghormatan yang ada pada dirinya Tetap menunjukkan Al Haris adalah manusia. 

Manusia biasa yang tidak silau dengan jabatan apapun.