Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Penjabat Bupati

 

Musri Nauli 

Usai sudah polemik, isu bersilewaran menjelang pelantikan Penjabat Bupati di Kabupaten Muara Jambi, Kabupaten Sarolangun dan Kabupaten Tebo. Ketiga kabupaten yang mengalami pergantian Kepala Daerah. 

Merujuk dengan semangat Pilkada serentak, ketiga Kabupaten akan mengikuti Pilkada serentak 2024. 

Namun menjelang Pilkada serentak, sembari menunggu pelaksanaan tahun 2024, Kepala Daerah ketiga kabupaten yang telah berakhir masa tugasnya, kemudian harus diisi dengan pejabat Kepala Daerah. 

Mekanisme mengisi jabatan sementara memang sesuai dengan asas kekuasaan negara yang paling fenomental. “Tidak boleh kekuasaan kosong walaupun satu detik sekalipun”. 

Gubernur sebagai “Wakil Pemerintah Pusat” sebagaimana diatur didalam Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun 2018 kemudian melantik pejabat Bupati. Untuk mengisi jabatan yang kosong sembari menjelang Pilkada serentak. 

Begitulah mekanisme didalam negara Indonesia. 

Terlepas dari pelantikan yang sudah dilakukan oleh Al Haris sebagai Gubernur Jambi, berbagai nama-nama yang sempat beredar di publik kemudian sama sekali tidak muncul didalam Pelantikan penjabat Bupati. 

Bahkan nama-nama yang paling santer sekalipun justru tidak masuk kedalam usulan nama yang dikirimi oleh Al Haris sebagai Gubernur Jambi ke Kementerian Dalam Negeri. 

Banyak spekulasi yang berkembang ditengah masyarakat. Namun yang menarik didalam mengusulkan nama oleh Al Haris ke Kementerian Dalam Negeri sekaligus Al Haris melantik penjabat Bupati terlalu sayang untuk dilewatkan. 

Pertama. Nama-nama yang kemudian dilantik oleh Gubernur Jambi adalah nama-nama yang sepi dari perkiraaan publik. Terlepas ada juga yang meramal terhadap nama-nama yang Sudah dilantik. 

Sebagai “orang Jambi’, lahir di Sekancing, Kabupaten Merangin, dibesarkan di Bangko kemudian ke Jambi, adalah betul-betul “orang Jambi”. 

Database didalam kepalanya cukup kaya. Penguasaan informasi dan jaringan ditengah masyarakat tidak boleh diremehkan. 

Ketika menyebutkan satu nama ataupun beberapa nama, maka memori di kepalanya langsung keluar. Dengan fasih ataupun enteng dia akan berujar. 

“Dia tidak biso kerjo, bang”, katanya Santai. Kamipun tertawa. 

Sebagai orang yang selalu penasaran, nama-nama yang beredar Sudah lama menjadi perhatian saya. Secara pribadi, nama-nama itu sering disebutkan ditengah masyarakat. 

Namun untuk membangun Pemerintahan yang efektif, tentu saja koordinasi program-program Gubernur Jambi di Kabupaten maka diperlukan Pejabat Bupati yang dapat mempercepat capaian-capaian Jambi mantap. 

Sehingga pejabat Bupati tidak boleh mempunyai agenda tersembunyi (hidden agenda). Apalagi ambisi-ambisi pribadi yang justru malah meninggalkan tugas pokok sebagai pejabat Bupati. 

Kedua. Sebagai Wakil Pemerintah Pusat, Al Haris sebagai Gubernur Jambi tentu saja memerlukan “jangkar” untuk memastikan program-program dilaksanakan. 

Program-program yang dilaksanakan dapat mempercepat capaian. Sehingga saat baru melewati krisis pandemik covic 19, roda ekonomi mulai dipercepat untuk dapat dipulihkan. 

Sebagai “pejabat” Bupati yang “dipercaya” Al Haris, tentu saja yang dipilih sudah matang didalam melaksanakan tugasnya. 

Nama-nama yang kemudian dilantik, sudah lama ada didalam kantongnya. 

Namun, lagi-lagi “Politik Melayu” yang dimainkan Al Haris. Nama-nama itu sengaja disimpan. Sengaja tidak ditampilkan. 

Nama-nama yang beredar ditengah masyarakat justru dinikmati oleh Al Haris untuk membaca langkah Al Haris. 

Sehingga ketika nama-nama yang paling santer yang beredar ditengah masyarakat ternyata justru berbeda, sekali lagi membuktikan, bidak politik yang dimainkan Al Haris didalam “memimpin” sebagai “orkestra” symponi Pemerintahan Provinsi Jambi Tetap mendayu-dayu. Sekaligus simponi indah untuk dinikmati. 

Tentu saja, sebagai “orkestra” yang memimpin symponi indah, lagu-lagu yang dimainkan sesuai dengan cengkok Melayu. 

Bukanlah Musik cadas rock yang menghentak-hentak. 

Perjalanan panjang politik Al Haris sejak 2013 adalah memimpin tim kerja. Bukan tim yang sibuk bermanuver kesana kesini. 

Ataupun tim yang sibuk membahas tema-tema diluar kerjaannya. 

Keempat. Sebagai orkestra” yang memimpin symponi indah, tentu saja “koordinasi” menjadi penting. Sehingga Al haris memilih nama-nama yang menjadi pejabat Bupati adalah nama-nama yang dipercaya mempunyai loyalitas yang tidak boleh diragukan. 

Meminjam istilah teman. “Tidak boleh adanya matahari kembar”. Lagi-lagi kamipun tertawa. 

Selamat bekerja, pak Pejabat Bupati. 

Bagaimanapun cara keren didalam menentukan nama-nama pejabat adalah “cara jenius” sekaligus memberikan pelajaran politik yang Penting.